Tampaknya ekonomi lagi-lagi menjadi alasan. Ibarat kue, jakarta adalah sepotong roti yang masih saja mengundang semut untuk berlomba mendapatkan remah-remahnya. Masalahnya kue ini memang hanya ada disini. bayangkan saja, hampir 60 persen APBN kita adanya di Jakarta. sisanya dibagi ke daerah-daerah.
Salah satu cara agar Jakarta tak lagi menjadi tujuan satu-satunya adalah dengan mengadakan daerah atau kota baru yang dapat menjadi alternatif. Buang tuh kue ke tempat lain agar semutnya mengikuti. Batam bisa dijadikan contoh. Tapi tampaknya belom cukup. Daerah-daerah seperti ini harus segera diciptakan.
Kalau mau, ide pemindahan ibukota juga menjadi pilihan yang sangat bisa diterima. Mungkin bisa diperdebatkan. Seperti hongkong, dengan penduduk yang sangat padat, mereka bisa mengatur kotanya. Tapi kita bukan Hongkong. Tak sepadan Indonesia dibandingkan dengan Hongkong. Pemindahan Ibukota bukan sekedar memindahkan Ibukota dari Jakarta ke daerah lain. Tetapi juga soal bagaimana kue ini dapat dirasakan oleh manusia Indonesia lain dibagian wilayah lain. Ini soal bagaimana agar jakarta tak lagi menjadi tujuan satu-satunya untuk memperbaiki hidup. Soal bagaimana mengukur kemampuan kita membuat dan menyusun visi Indonesia yang lebih sejahtera, tidak hanya bagi sebagian rakyat, tapi juga seluruhnya. Disini dan disana. Yang kelihatan dan tidak kelihatan. Yang tersensus ataupun tak tersensus. [Tulisan ini mendukung berita: http://www.detiknews.com/read/2010/09/06/130427/1435917/10/prabowo-pemindahan-ibukota-masuk-akal?991102605]
0 komentar:
Posting Komentar